Wednesday, February 16, 2011

Sorowako Gempa 6.1 SR

Eyow Mikaila!
Sorowako Gempa!


 In an earthquake, 
I shouldn't run out of the house - 
I should run into it.
Tony Danza


Saat itu ayah dan bunda baru selesai makan malam, kira-kira jam setengah 11. Kaila sudah bunda tidurkan di kamar atas. Seperti biasa...selesai makan ayah dan bunda mencuci piring, ayah bertugas menyabuni piring gelas, bunda yang membilasnya. Tapi malam itu ayah bilang ke bunda : "Bunda naik saja temani Kaila diatas, nanti ayah yang menyelesaikan cucian piringnya." Syip! Bunda lalu menuju ke lantai 2 . Baru 5 menit tiba di depan pintu kamar tiba-tiba rumah bergetar hebat, bunyi bergemuruh dan dinding-dinding semuanya goyang. Bunda menerka ini pasti gempa bumi, tapi ini gempa paling keras yang bunda pernah rasakan. Tiba-tiba lampu pada. Rumah kita masih terguncang-guncang. Bunda masuk ke kamar gendong Mikaila yang masih sementara tertidur pulas. Kipas angin sudah miring sekanan dan ke kiri. Bunda angkat Mikaila pake satu tangan di sebelah kanan, tertatih-tatih mengikuti goncangan rumah menuju leau kamar. Tangan kiri bunda meraba-raba dinding karena saat itu gelap sekali. Kaila sudah buka mata pada saat itu. Pasti sedang bertanya-tanya, ini ada apa? Bunda menggendong di kegelapan malam sambil goyang-goyang kan? wuih...Tak lama, bunda menabrak kursi yang terletak di lorong depan kamar, bunda jatuh terduduk disitu sambila tangan kanan tetap menggendong Mikaila. Lantai masih bergoncang hebat. Mungkin kejadian itu ada sekitar 1 menit. Akhirnya goncangannya berhenti dan bunda berlari menuruni tangga sambil menyambar gendongannya Kaila yang warna biru tua. Akhirnya Ayah kelihatan juga, ternyata ayah juga berusaha keras menaiki tangga selagi rumah kita berguncang. Kita semua berkumpul di luar rumah. Ada Ayah, Mama Aji, dan Bapak Aji. Kaki bunda masih gemetaran karena katakutan. Semua orang di rumah kost samping sudah berkumpul di depan rumah. 
tak lama kemudian, satu persatu orang dari arah Sorowako Lama berlarian sambil teriak-teriak "Air danau naik!" Wah...makin paniklah orang-orang yang sudah berkumpul di luar rumah, mereka segera mengendarai kendaraannya dan menuju ke Airport yang dipikirnya letaknya lebih tinggi dari daerah rumah kita. Kepanikan melanda Sorowako pada malam itu, tak ketinggalan Mama Aji juga sudah mau ikut-ikutan mengungsi ke Airport. Tapi untungnya Ayah tenang dan mengatakan kemungkinan air danau naik itu ada, tapi tidak sampai ke rumah kita. Karena kita bukan di pinggir laut. Yah, mudah-mudahan saja teorinya Ayah benar ya!

Malam itu kita semua masih ketakutan, Ayah yang punya pengalaman dengan gempa di Yogya bisa terlihat tenang. mungkin karena gempa disana lebih parah dan kelihatan kerusakannya. Bunda juga pernah dapat gempa sewaktu sekolah di Pare-Pare, lumayan keras juga.

Akhirnya setelah menghubungi Mamito di Makassar, kita dapat berita kalau gempa itu berkekuatan 6,1 SR perpusat di sekitaran 7 km dari seberang Danau Matano. Kita belum berani naik ke kamar untuk tidur, siapa tahu gempanya yg lebih keras datang lagi :(
Orang-orang tidur di depan rumahnya, beberapa anak kost numpang tidur di carport kita, Ayah, bunda, Mama Aji menemani Mikaila bobo di ruang tamu, Bapak Aji bobo di carport juga. Listrik masih padam sampai besok malamnya. Besok Paginya giliran Air yang mati. Sekitaran semingguan kita tidur beramai-ramai di ruang tamu. 


0 komentar:

Post a Comment